“Suara yang dimiliki oleh setiap orang
adalah nafas seseorang, Nafas itu hembusan dari ALLAH sendiri,hembusan itulah
yang menjadi suara, maka suara manusia adalah Suara Tuhan”.
Penulis bukan seorang politikus tetapi
penulis seorang mahasiswa calon Guru yang tidak suka masalah Politik baik dalam masalah Partai, masalah Pemilihan
Legislatif dan Esekutif serta menjadi pengekor bagi kandidat tertentu; namun,
penulis adalah Aktivis Pro Demokrasi yang selalu berburu Keadilan, Kebenaran
dan kejujuran di Tanah Papua.
Penulis tergerak hati untuk menulis
masalah suara rakyat ini merupakan bentuk kegelisaan dan kekecewaan yang terus
bertumbuh dibenak penulis dimana penulis
melihat realita kehidupan ditanah Papua pada umumnya dan pada khususnya di
Kabupaten Dogiyai dibelakangan ini banyak elite elit politik baik itu seorang
kandidat Gubernur, Wlikota, Bupati, calon dewan, orang Partai, Pendukung
Kandidat dan elite elit politik lain yang terus memaksakan masyarakat Papua
untuk mendukung kandidat tertentu.
Bentuk pemaksaan suara rakyat oleh elite
politik dimana penuliis sendiri rasakan, dengar dan baca; bentuk pemaksaan
suara rakyat ini terlihat melalui kata kata yang dilontarkan oleh elit politik,
tulisan atau artikel keberpihakan seseorang atau kelompok yang dimuat dalam
surat kabar local, website, Facebook , blog, via SMS, dll. Bentuk pemaksaan
suara rakyat seperti ini telah melanggar
nilai nilai demokrasi dan etika berpolitik sehat sehingga melalui tulisan kecil
ini penulis mencoba memberikan pemahaman kepada elit politik dan masyarakat
tentang suara Rakyat dalam hal hak untuk memilih seseorang figur sesuai dengan
suara hati masing masing.
Di Kabupaten Dogiyai, belakangan ini
isu Politik sedang memanas dikalangan elit politik. Isu politik yang semakin
meningkat dan memanas di Dogiyai membuat arah dan pandangan pikir masyarakat
dan mahasiswa pun mengarah kepada Dunia politik sehingga seolah olah tak ada
masalah dibidang bidang lain.
Realitras yang sedang terjadi di kabupaten
Dogiyai dalam persaingan politik tidak sehat yang mana masing masing orang
melakukan Analitical Class secara Personal maupun kelompok artinya sedang melakukan
analisa kelas yang dapat penulis diklarifikasikan dalam beberapa kelompok
seperti Anak Muda, Orang Tua yang Asli Dogiyai, Orang Tua yang bukan Asli
Dogiyai dan fanatic Agama. Berikut ini akan diuraikan sesuaikan analytical
class berdasarkan fakta fakkta yang sedang terjadi di Dogiyai yaitu:
1. Kandidat Orang Tua Asli Dogiyai
Dalam
Pemilukada nanti ada beberapa orang tua asli Dogiyai akan bertarung gigi dalam
pesta Demokrasi yang akan berlansung bulan april 2011 nanti. Kandidat Orang tua
asli Dogiyai yang tidak sempat sebut nama dalam tulisan ini, telah melakukan
upaya upaya yang sudah dan sedang dilakukan oleh kandidat maupun pendukungnya
(Tim sukses) demi meloloskan kepentingan pribadi dalam pesta demokrasi
tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan oleh kandidat dan pendukungnya yaitu
mereka menihir dan mengatur kata kata untuk menyakinkan masyarakat. Kata
katanya seperti Kandidat bukan Orang Asli Dogiyai jangan kasih suara, anak
mudah belum tahu apa apa tentang birokrasi pemerintahan, anak mudah harus
sekolah dulu, dll.
2. Kandidat Orang Tua Bukan Asli Dogiyai
Dalam
Pemiluikada Dogiyai demi mencari popularitas nama seseorang tidak hanya
masyarakat asli Dogiyai yang mencalonkan diri menjadi calon bupati tetapi
terlihat orang dari luar daerah Dogiyai berramai ramai maju dan mencalonkan
diri sebagai calon bupati Dogiyai. Kandidat yang datang dari luar daerah
Dogiyai dengan kekuatan modal dana yang menghamburkan uang kepada masyarakat
sambil membujuk kepada masyarakat Dogiyai dengan kata kata seperti: orang yang
punya modal uang akan membangun suatu daerah dan menjamin masyarakat, anak
mudah masih belum umur mereka harus kuliah dulu, isu politik tidak memandang
tapal batas suatu daerah, dll.
3. Kandidat Anak Muda Asli Dogiyai
Persaingan
dalam Pemilukada Dogiyai tidak hanya antara orang tua dengan orang tua tetapi
Pemuda juga sudah bangkit dan memberanikkan diri dalam pertarungan gigi dalam
pesta demokrasi Dogiyai yang mampu akan bersaing dengan orang tua yang punya
modal. Pemuda sudah bangkit dan memberikan diri untuk maju dalam calon bupati
Dogiyai dengan berbagi alasan, alasan yang mereka angkat seperti orang tua
sudah tidak mampu memberdayakan masyarakat asli, koruptor, tidak pernah
mengangkat pegawai bagi anak anak Dogiyai Asli, dll.
4. Kandidat Fanatik Agama
Ada
juga beberapa kandidat yang maju sebagai calon Bupati dengan memperalat gereja
sebagai sebuah jembatan yang menghantarkan mereka kedalam Pemilukada dogiyai.
Kata kata yang mereka keluarkan dalam gereja maupun diluar gereja seperti kita
akan buka Gereja Kingmi banyak atau Katolik banyak, kita akan buka sekolah
YPPGI banyak atau YPPK banyak, dll.
Keempat analytical class diatas ini,
melukiskan bahwa mereka mengangkat ego pribadi masing masing dan kelemahan
kelemahan seseorang untuk saling menjatuhkan wibawa antara satu sama lain demi
meloloskan kepentingan pribadi. Mereka saling mengangkat kelemahan antara satu
sama lain dengan tujuan menarik suara rakyat secara paksa kepada pihak
tertentu.
Analisa penulis untuk kandidat berdasarkan
kelemahan yang mereka saling mengangkat ini akan berpengaruh kepada tiga bidang
yaitu sosial, budaya dan religi. Sosial,
karena mereka saling mmengangkat kelemahan antara kandidat sendiri maka
masyarakat akan mengucilkan, mennyinkirkan, menyendirikan seorang kandidat itu
sendiri. Budaya, jika kelemahan dari
kandidat itu masyarakat sudah tahu maka masyarakat akan prinsip pada filosofi masyarakat
Mee yaitu Kepercayaan hanya sekali datang jadi selanjutnya kepercayaan
masyarakat terhadap kandidat akan tidak ada. Religi, sekalipun kandidat merasa kecewa, malu, stress ketika orang
lain menceritakan kelemahannya tetapi pandangan religi itu baik dan seharusnya
kandidat harus senang hati karena orang lain cerita kelemahan maka orang lain
cerita Dosa kandidat sehingga Dosa dihapus.
Kendati, berdasarkan kelemahan
kelemahan yang saling mengangkat antara kandidat maupun pendukungnya mulai
memaksakan suara Tuhan yang ada dibenak pribadi manusia.
Namun demikian, suara rakyat bukan
suara yang diciptakan oleh manusia yang saling meminjamkan antara satu sama
lain melainkan suara rakyat atau manusia ini Nafas dari Tuhan Allah sendiri
yang menitipkankan kepada manusia. Oleh karena itu, jangan sekelompok orang
memaksakan masyarakat untuk memberikan suara secara paksa kepada orang tertentu
tetapi bebaskanlah rakyat untuk memilih kandidat sesuai dengan Hati Nurani
rakyat, biarkan masyarakat berikan suara yang murni tanpa ada paksaan karena
masyarakat sendiri punya DIMI untuk menilai setiap kandidat sesuai pengalaman
hidupnya. Dan juga melalui tulisan ini dihimbau kepada seluruh masyarakat dan
mahasiswa Dogiyai mari kita memposisikan diri kita pada posisi netral, adil,
jujur dan benar sehingga kita tidak terpancing dengan gula gula politik atau
bahasa bahasa manis yang dikeluarkan oleh elit politik Dogiyai agar kita dapat
memberikan suara kita sesuai dengan hati nurani kita, suara suci, murnii tanpa
ada paksaan kkepada orang yang kita percaya.
By:Benediktus Goo
0 komentar:
Posting Komentar